Jumat, 20 Mei 2011

CATATAN KECILKETIKANMENGINJAKAN KAKI DI BUMI PARA NABI 4 (The end of the great story)

Rabu, 16 Maret 2011

Pagi hari kita siap-siap tur mengunjungi beberapa tempat bersejarah di Mekkah. Perjalanan membawa kita ke Jabal Rahmah yang berada di Padang Arafah. Jabal Rahmah berarti bukit Kasih Sayang. Di puncak bukit ada batu memanjang ke atas yang konon tempat pertemuan Nabi Adam dan Siti Hawa setelah 200 tahun dipisahkan Allah dari surga. Jalanan ke puncak berbatu menjadi saksi bisu manusia pertama itu menginjakan kakinya di Jabal Rahmah. Asal mula terjadinya Tanah Haram Mekkah dan Madinah di sebuah riwayat diceritakan ini bermula ketika Nabi Adam merasa dirinya masih berdosa setelah Allah membuangnya ke bumi.Saat itu Nabi Adam berdoa untuk  menjaga dirinya agar terhindar dari dosa seperti yang terjadi ketika dirinya berada di Surga dengan memakan buah Khuldi.
Saat itu Allah langsung memerintahkan para malaikat untuk membuat batas pagar. Dari sanalah terjadi kota suci Mekkah dan Madinah yang hingga kini masih dirasakan dan dialami  oleh umat Islam jika berbuat maksiat. Artinya, Allah mensucikan umatnya dan dihindarkan dari dosa ketika berada di dua tanah suci itu.

Karena waktu yang sangat singkat kita hanya melewati Jabal Nur, yang diatasnya terdapat Gua Hira. Gua ketika Nabi Muhammad mendapatkan ayat Al-Quran yang pertama yakni Iqra. Kita juga melewati Jabal Tsur, tempat bersembunyi Nabi Muhammad bersama Abu Bakar ketika dikejar oleh orang kafir. Akhir perjalanan diakhiri ke Mesjid Jaronah. Konon, mesjid ini didirikan oleh seorang janda stress di jaman Nabi Muhammad. Janda ini pekerjaanya menyulam, jika sulamannya sudah selesai akan dirobek dan kembali disulam. Mesjid ini bentuknya masih sama seperti awal pembuataanya. Di mesjid Jaronah inilah kita melakukan miqot untuk Umroh yang ketiga bersama rombongan.

Kamis (17 Maret 2011) pagi jam 3 usai solat tahajud, semalaman Mekkah diguyur gerimis disertai hembusan angin dingin. Saat itu gue merasa Hajar Aswad pasti kosong. Selama tiga hari di Mekkah, belum sekali pun gue mendekati Hajar Aswad melihat banyaknya manusia bergerombol di depan batu hitam dari surga itu. Ketika kaki sudah mendekat Hajar Aswad gue melongo. Masih banyak saja orang yang berusaha menciumnya. Gue dekati sisi lain Ka’bah, gue sentuh, gue usap tubuh Ka’bah dengan lembut. Terasa getaran yang berbeda.  Gue intip tubuhnya dibalik kain hitam yang menyelimuti. Ka’bah batu hitam besar yang tengahnya terdapat garis dengan warna emas.

Sekitar 3 meter disamping, Hajar Aswab berdiri. Gue melihat sepasang suami istri muda dari Malaysia berpegangan di besi pinggiran Ka’bah dan beringsut pelan menghampiri Hajar Aswad. Jadi kita dalam keadaan menyamping. “Ayo seperti ini, kita pelan-pelan ke Hajar Aswad,” kata mereka. Gue pun mengikuti intruksi mereka. Gerimis masih turun, angin semakin dingin. Orang masih berebutan untuk bisa mencium Hajar Aswad. Seorang ibu Arab yang pendek dan gemuk berteriak marah karena berada di tengah-tengah beberapa pria besar dan tertahan di sana tanpa bisa bergerak. Semakin mendekati Hajar Aswad, gue merasa ada yang salah. Di depan batu hitam itu orang saling menyikut, menarik, memaksa orang yang di depannya. Sepasang suami istri muda disamping gw juga terlihat semakin terjepit bahkan suaminya melindungi istrinya. Keadaan semakin payah. Gue merasa saat itu, untuk sesama muslim nggak harus saling menyakiti. Gue merasa cara itu salah, tarik-tarikan dengan paksa untuk mencium Hajar Aswad. Ketika gue memutuskan untuk keluar dari kerumunan itu, tiba-tiba seorang ibu Malaysia lain berteriak “Keluar!”

Ternyata dia juga nggak kuat untuk bisa menuju Hajar Aswad dan memutuskan keluar. Gue pun balik badan dan terkaget-kaget ternyata sudah banyak lelaki Arab yang ngantri untuk mencium Hajar Aswad juga di belakang gue. Akhirnya dengan susah payah gue bisa menyelamatkan diri. Toh, nggak ada hadist yang mengatakan mencium Hajar Aswad itu wajib. Orang pada mencium karena (kalo nggak salah ya) melihat Nabi Muhammad mencium dan yang lain mengikutinya.  Tapi gue yakinkan, ke Mekkah selanjutnya Insya Allah gue bisa mencium Hajar Aswad yang kata temen gue , yang berhasil menciumnya- terasa wangi.

Semakin mendekati waktu kepulangan ke Jakarta perasaan semakin gelisah, hati tiba-tiba terasa terus mellow, sedih dan beku. Sehari sebelum check out, gw menghabiskan waktu di Masjidil Haram dengan beribadah. Gw perhatikan tiap detil yang ada di Masjidil Haram, karpet, ukiran, warna tiang, sampai jirigen yang dideretkan dekat tiang yang berisi air zamzam.Sangat berat meninggalkan Mekkah. Sama beratnya ketika harus meninggalkan Madinah. Gw merasa sudah berbaur dengan kedua kota suci itu. Pikiran terfokus kepada Allah.

Kamis pukul 09.00 pagi gw thawaf Wada (terakhir) sendiri. Karena teman satu kelompok  sudah thawaf wada, akhirnya gue nyempil ikut kelompok jamaah Indonesia lain yang juga melakukan thawaf wada. Suasana sangat sangat mellow. Semua ibu dan bapak di kelompok itu menangis, meninggalkan Kiblat Umat Islam, mengucapkan selamat tinggal kepada Ka’bah, Masjidil Haram dan Mekkah. Gue kayak nggak rela ninggalin Ka’bah. Gue bener-bener nggak mau pulang. Beraaatttt baanngeeetttt. Gue nggak mau pergi dari sini.

sebelum sampai di bandara Jeddah, kita mampir dulu ke Laut Merah. Laut Merah ini terkenal ketika Nabi Musa membelah laut merah itu menjadi dua agar bisa berjalan bersama umatnya untuk menyelamatkan diri dari Fir'aun yang mengaku dirinya Tuhan. Meski kejadiannya di Laut Merah di Mesir tapi tetap aja merasa takjub, apalagi jasad Fir'aun ditemukan di laut tersebut dan hingga kini masih utuh untuk menjadi contoh dan bukti nyata bagi orang yang kafir. Di laut merah juga ada Mesjid Terapung yang berwarna putih.

Gue benar-benar bersyukur Allah memberikan gue rejeki untuk bisa ke Madinah dan Mekkah tanpa mengeluarkan uang sepersen pun. Subhanallah, Allah sayang bangetkan sama gue? Gue juga terima kasih sama teman-teman satu kelompok, meski kita sedikit cuma 15 orang tapi solid banget, saling menjaga, saling melindungi dan selalu bersama meski dari Jakarta nggak ada satu orang pun dari travel yang mewakili. Makasih buat mbak Pipin, ibu Dedeh dan Pak Entik, Mbak Piko dan Fauzan,Bu Lastri dan Pak Bambang, Rina, Uwak, Ayah dan Ibu Rina, Pak Totok, Pak dan Bu Mahfudz. Kita kompak banget, karena kita jamaah paling sedikit. Sedangkan travel lain membawa jamaah sekitar 60-70 orang. Gue yakin suatu saat bisa ke Madinah dan Mekkah lagi, Aminn….Bismillahi Allahu Akbar. (The End of The Story)


Pas azan zuhur kita sampai di hotel dan siap-siap ke Nabawi. Menghabiskan waktu di tanah suci dengan beribadah poll seakan memberikan energi baru. Mindset tentang kehidupan sedikit berubah. Apa yang kita pikirkan katanya bisa terwujud. Entah benar Entah tidak, tapi gw merasakannya. Saat itu kita sedang solat  di Nabawi. Gw dengan seorang teman membahas, sepanjang sholat di Nabawi nggak pernah melihat satu orang cina pun. Yang dilihat berwajah Arab, Eropa, Turki, India, Melayu, Afrika. Ketika azan sudah berkumandang dan mesjid semakin penuh, gw heran kenapa di sebelah gw nggak ada satupun yang mengisi?Dalam hitungan menit ketika duduk  menanti komat, mata gw bertumpu pada satu sepatu kain berwarna pink. Sepatu pink itu berdiri di samping gw dan akan mengisi tempat kosong itu. Ketika mendongak dan melihat wajahnya, Oh My God. She’s a Chinese!!Matanya sipit, pipinya tembem dan kemerahan. Teman gw bilang kayak orang Mongolia. Gw perhatiin terus orang Cina itu apakah dia wujud malaikat? Hahahahah, nggak mungkin juga soalnya dia datang sama nyokapnya.

Keajaiban lain datang ketika selintas lewat di pikiran gw seandainya punya tasbih mungkin zikir gw lebih khidmat. Entah bagaimana ketika I’tikaf di Mesjid, tiba-tiba di bawah tas terjulur sebuah tasbih berwarna biru. Kata teman gw, itu tasbih milik orang di sebelah gw. Gw yakin orang Arab disebelah gue baru datang ketika gue kembalikan dia menolak. Alhasil itu tasbih milik gw alhamdulillah, rejeki.

Pertolongan Allah datang lagi ketika di malam hari ternyata Raudhah di buka untuk perempuan. Usai sholat Isya gw baru tahu Raudhah tidak hanya dibuka di pagi hari juga malam hari dan malam itu lagi-lagi gue sendiri terpisah dari 3 teman sekamar. Ketika masuk ke Raudhah, gw diserbu oleh segerombolan ibu2 gemuk dan berjalan seperti robot, yakni ibu2 dari Turki. Gw kejepit, nggak ada satu pun teman yang bisa menarik gw keluar dari tempat berbahaya itu. Sholat pun sulit, jalan nggak bisa. Tubuh gw seakan remuk terjepit. Dan gw lihat orang2 melayu lain membuat pagar untuk temannya agar bisa solat bergantian. Lha gw? Siapa yang menjaga dan keluar dari gerombolan ibu2 penuh napsu  itu? Alhamdulillah segala pertanyaan di dalam hati dijawab dan dalam hitungan detik di hadapan gw ada ruang kosong dan gw bisa solat dan sujud sepuasnya.

Gw semakin yakin dan bersemangat diberi kemudahan oleh Allah di Tanah Suci itu. Gw semakin se mangat menyambut hari ke Mekkah dan siap menerima kemudahan lain meskipun kenyataanya kemudahan dan ujian yang gw terima di Mekkah membuat gue harus ikhlas dan sabar. Kecintaan Allah untuk gw di Mekkah dalam bentuk yang berbeda dari yang gw terima di Madinah.

Mekkah

Senin, 14 Maret 2011

Siap-siap check out dari Madinah menuju Mekkah. Perasaan sangat berat meninggalkan Madinah dan Nabawi. Separuh jiwa gue tertinggal di sana. Gw tinggalkan jalanan yang diapit gedung-gedung tinggi menjulang. Gw lepaskan hembusan angin dingin Madinah yang menerpa tubuh, wajah dan hati gue. Gw gak perduli kulit wajah, bibir dan badan gw mendadak kering dan gatal-gatal minta ampun. Semua justru terasa nikmat dan indah yang pasti nggak akan gw temuin di Jakarta. Yakin suatu saat Allah dan Rasulullah akan memanggil lagi untuk bisa menengok kota Suci yang diberkahi itu.

Perjalanan ke Mekkah menghabiskan waktu sekitar 5 jam. Sebelumnya kita mampir dulu ke Bir Ali, tempat kita miqot yakni menjatuhkan niat untuk umrah. Kalau sudah berniat banyak yang harus kita jaga agar tidak perlu membayar dam atau denda. Larangannya, rambut jangan sampai lepas, kuku copot,jangan berhubungan intim, jangan mencabut tanaman, jangan membunuh binatang, jangan berkata kasar, jangan bertengkar, dan bagi pria memakai baju ihram. Juga dilarang memakai wangi-wangian.

Akhirnya dari Bir Ali kita sudah melakukan perjalanan ke Mekkah dalam keadaan niat umrah. Sekitar jam 11 kita sampai di Mekkah dan langsung menaruh barang di hotel Grand Zamzam. Kita memulai umrah sekitar pukul 2.00 pagi.

Keluar dari hotel hati gue bergetar melihat Masjidil Haram dari luar. Menara, bentuk kubah yang selama ini Cuma gw lihat di gambar, dan sajadah ada di depan gw. Di manakah kau wahai Ka’bah?

Lalu kita masuk di gate 1, Kingabdul Azis tertulis di pintu 1 itu. Ketika masuk Masjidil Haram gw terbelalak, badan gw bergetar, hati gw berdetak, nun jauh di hadapan gw berdiri tegak sebuah benda hitam segi empat dengan megah dan agung. Magnetnya sangat kuat. Itukah Ka;’bah? Hah itu ka’bah? Subhanallah Ka’bah di hadapan gw?
Sumpah. Gak bisa gw jelasin perasaan gw saat itu. Ka’bah yang selama ini cuma lihat di tv, cuma ada di gambar dan sajadah. Ka’bah yang se lama ini menjadi kiblat seluruh umat Islam di seluruh dunia. Ka’bah yang menjadi satu tumpu dan kesatuan umat islam ada di hadapan gw???

Ternyata saat itu bukan gw aja yang bergetar. Semua teman gw satu kelompok merasakan hal yang sama. Ingin rasanya saat itu gw peluk Ka’bah. Ingin rasanya gw rangkul. Berulang-ulang gw bersykur bisa dipanggil Allah dan menjadi tamu Nya di kota suci Mekkah. Berulang-ulang gw berterimakasih karena Allah mengundang gw datang ke sana. Gw semakin yakin, siapapun yang datang ke Mekkah dan Madinah itu atas undangan Allah. Sebanyak apapun orang berduit, kalau hatinya belum dipanggil pasti sulit untuk bisa datang dan melihat Ka’bah secara langsung.

Pukul 2.00 pagi kita thawaf keliling Ka’bah. Kalau mau diibaratkan mungkin gw seperti ketemu idola gw. Nggak bisa mata lepas dari Ka;bah sepanjang gw thawaf memutar Ka;’bah sebanyak 7 kali sambil mengucapkan Bismillahi Allahu Akbar dan mengecup tangan kanan ketika di Multazam (antara Hajaraswad dan Pintu Ka’bah). Gw telusuri seluruh Ka’bah dengan mata gw. Kain penutupnya yang hitam dengan bergaris dari emas, gw merasa Ka’bah hidup. Ka’bah berdiri tegak memperhatikan umat Islam yang mengelilinginya. Magnetnya sangat sangat kuat dan tajam.

Gw juga memperhatikan orang-orang yang berusaha memegang Hajar Aswad. Saling berebutan memegang batu hitam dari surga itu. Juga berusaha sholat di Hijr Ismail dan di makam Nabi Ibrahim. Hajar Aswad itu dalam sebuah riwayat adalah sebuah batu hitam dari surga. Konon, batu itu juga pernah dipegang Nabi Adam ketika manusia pertama itu masih berada di surga. Batu itu terbelah menjadi 9 dan direkatkan dengan lem hingga tegak seperti bentuk sekarang.

Hijr Ismail itu adalah batu setengah lingkaran dan di dalamnya orang sholat 2 rakaat sekaligus berdoa dan diijabah oleh Allah. Di atas Hijr Ismail terdapat pancuran dari emas, riwayat dari Hijr Ismail gw kurang tahu tlg diselipin yang mengetahuinya ya. Yang pasti ketika gw melaksanakan thawaf ke 3, pas banget gerimis di Mekkah. Air yang berjatuhan di sekitar Hijr Ismail dan pancuran emas itu oleh beberapa orang diambil dan ditadahin. Ada yang dimandikan, mungkin di minum. Menurut gw ini udah sirik karena gw lihat hanya air hujan yang kotor aja. Wallahualam.

Sedangkan makam Ibrahim itu bukan kuburan. Bagi orang Arab makam itu ada 2 arti yakni tempat dan kuburan. Untuk makam Ibrahim di Ka’bah ini hanyalah batu yang di dalamnya bekas telapak kaki Nabi Ibrahim ketika sedang membangun Ka’bah. Istilahnya lift ketika Nabi Ibrahim menaruh beberapa batu di atas Ka’bah. Sedangkan Multazam itu antara HajarAswad dan pintu Ka’bah. Jika berdoa khusu di sana doa kita akan dijawab. Dan ada beberapa teman yang sudah merasakannya.

Ketika melakukan thawaf, semua manusia tumplek menjadi satu. Semua berbaur yang miskin yang kaya, yang cantik yang jelek, yang wangi dan yang bau, yang hitam yang putih. Dan mereka tak perduli satu sama lain apakah di sampingnya seorang artis atau pejabat. Semua terfokus ke Ka’bah.semua khusu’ dan khidmat menyebut asma Allah dan membacakan doa.

Usai Thawaf kita berlanjut ke Sa’I, berjalan selama 7 kali antara bukit Safa dan bukit Marwah. Bukit Safa yang masih berdiri tegak dan dipakai pagar kaca, sedangkan bukit Safa sudah mengecil dan dijadikan tenpat untuk duduk atau sholat. Agar aman, bukit itu seperti di las hingga licin dan tak bisa melukai orang yang menginjakan kakinya di sana. Selama Sa’I gw membayangkan ketika Siti Hajar berlari kecil memutar sebanyak 7 kali untuk mencari air bagi anaknya yang masih bayi yakni Nabi Ismail. Gw takjub melihat kesabaran Siti Hajar, meski Siti Hajar sudah dijamin kalau hidupnya akan dilindungi oleh Allah saat itu ketika ditinggalkan Nabi Ibrahim tapi Siti Hajar tetap berusaha berlari sebanyak 7 kali dan akhirnya ditunjukan pusat air yang sekarang dikenal sebagai Air Zamzam. Pelajaran yang gw dapat: MESKI GW YAKIN DOA GW DIKABULIN KETIKA BERDOA DI MULTAZAM, HIJR ISMAIL,MAKAM IBRAHIM DAN RAUDHAH, TP KITA HRS TTP BERUSAHA. Agree??

Selama Sa’I gw lirak lirik kea rah Ka’bah yang berada di samping kanan ketika dari Marwah ke Safa. Perasaanya gimanaaa gitu, dan Ka’bah seperti melihat gw. Usai Sa’I kita melakukan Tahallul yaitu potong ujung rambut kanan, kiri dan tengah sedikit saja. Setelah itu Alhamdulillah, Umrah pertamaku selesai.

Bersambung

CATATAN KECILKETIKANMENGINJAKAN KAKI DI BUMI PARA NABI 2

KARENA KESIBUKAN, BARU DILANJUTKAN KEMBALI TULISAN PERJALANAN UMRAHKU YANG TAK TERLUPAKAN. SEMOGA BERMANFAAT.


Sabtu, 12 Maret 2011.
Berbarengan dengan teman se kamar (ibu Dedeh, Mbak Pipin dan Mbak Piko), sekitar jam 9 pagi kita sudah ada di mesjid Nabawi dengan tujuan untuk ke Raudhah. Raudhah adalah tempat di mana kita  melakukan solat 2 rakaat dan berdoa akan dikabulkan Allah. Berdoa di sini bisa diijabah. Raudhah juga terdapat makam Nabi Muhammad dan dua sahabatnya, Abu Bakar dan Umar Bin Khatab. Untuk kaum perempuan, Raudhah memiliki jam tertentu. Yakni dari jam 9 pagi-11 siang. Sedangkan untuk pria bebas bisa kapan saja ke Raudhah (Untuk para pria yang bisa ke Nabawi, lebih baik habiskan waktu di sana. Sayang kalau Cuma di luar mesjid)

Setelah sholat dhuha, kita digiring masuk ke dalam ternyata dibagi dan bergantian agar tidak bertumpuk di Raudhah yang ruanganya kecil. Untuk Indonesia digabung dengan Malaysia dan Brunei dengan plakat “Untuk Melayu”. Untuk Arab dibedakan dan selanjutnya. Ternyata jika di negri orang, kaum Melayu termasuk penurut. Contoh< kita didahulukan untuk bisa masuk ke Raudhah, tapi ada sekelompok wanita Arab atau Turki yang memaksa masuk ke dalam. Meski sudah ditegur Askar, sudah dimarahi, mereka ngeyel tetap beringsut masuk ke dalam. Sedangkan kaum melayu hanya melongo dan menegur dengan bahasa kita tapi mereka nggak ngerti.

Ada salah satu yang bisa berbahasa Inggris ngomong begini. “Kita kan sama-sama muslim, kenapa dibedakan? Tujuan kita sama.”
Iya bener, tapi mengingat tubuh mereka lebih besar dan gemuk bisa kebayang para orang melayu ini kejepit dengan tubuhnya yang mungil2. Pokoknya orang2 Turki ini Subhanallah, mereka bergerombol, kompak jalan, nggak perduli di depan ada orang dan jalan terus tanpa tubuhnya menyamping.

Hingga pada akhirnya gue masuk ke Raudhah dan melihat makam Nabi ditutupi pagar dan sajadah hijau. Doa kita ijabah ketika di Raudhah dengan ditandai karpet berwarna hijau dan melakukan solat sunnat 2 rakaat. Di depan ada papan yang ditutup dan di sana terlihat mimbar berlapis warna emas berbentuk tangga yang katanya mimbar itu dulu tempat Rasulullah berkhotbah. Dan bentuknya masih sama seperti dulu. Subhanaallah, merinddiiingggg.

Nggak nyangka bisa sampai ke sana. Di depan gue ada makam Nabi Muhammah, Nabi dan Rasul terakhir yang dipilih Allah. Imam dari semua Nabi, kekasih Allah. Perasaan saat itu berkecamuk dan …….(u can imagine that if u’re a Moslem).
Meski ramai dan penuh, susah untuk bersujud, alhamdulillah bisa melakukan solat 2 rakaat dan berdoa tentu untuk keluarga gue, my mom, husband, and two children and of course my self. Meski masih ingin berlama-lama di Raudhah tapi didorong sama Askar dengan bahasa Arab dan Indonesia. “Ibu!ibu! keluar! Hajjah!”

Minggu, 13 Maret 2011
Hari ini ada tur mendatangi beberapa kota Madinah sekaligus menyusuri perjuangan Rasulullah dalam membela Islam. Hingga ada Islam seperti sekarang kita patut tahu apa yang sudah dilakukan Rasulullah dalam peperangan. Pertama kita mendatangi Mesjid Quba. Mesjid ini disebut juga mesjid 4 menara.
 Rasulullah pertama hijrah ke Madinah dari Mekkah mendirikan mesjid ini. Mesjid quba berada di urutan ke 4 setelah Masjidil Haram, Mesji Nabawi dan Masjidil Aqsa yang pahalanya berlipat ganda. Jika kita mendatangi mesjid quba dan melakukan sholat 2 rakaat, pahalanya seperti pahala umrah. Subhanallah, belum juga ibadah umrah sudah dapat pahalanya. ALhamdulillah.

Setelah itu kita tur mendatangi Jabal Uhud. DIbilang Jabal Uhud karena di Madinah dikelilingi oleh gunung dan berbukit yang saling bertautan. Dan Jabal Uhud ini tunggal, sendiri. Jabal Uhud saksi bisu ada perang besar pada tahun ke 3 hijriyah, melawan kafir quraisy yang saat itu dipimpin oleh Khalid Bin Walid yang saat itu belum memeluk Islam. Khalid Bin Walid terkenal sebagai panglima perang yang memiliki kemampuan dalam membaca lawan dan sering memenangi peperangan. Di sebrang Jabal Uhud terlihat bukit kecil yang dinamai Jabal Ummat nah disinilah Rasulullah menempatkan 50 pemanah untuk melawan kafir Quraisy saat itu. Ketika perang hamper usai, dan 50 pemanah ini turun dari bukit, Khalid Bin Walid melihatnya dan langsung berlari ke belakang Jabal Ummat bersama pasukannya dan mengepung pasukan yang dipimpin Rasulullah. Saat itu yang mati syahid sekitar 70 orang dan sa lah satunya paman Nabi, panglima perang Syadinina Hamzah yang bertubuh tinggi besar dan berani.
Syadina Hamzah telah membunuh ayah dari Hindun, dan HIndun membalaskan dendamnya dengan menyuruh budaknya Watsyi untuk membunuh Hamzah. Watsyi diberi imbalan 100 unta dan di memerdekakan. Hamzah pun tewas, dan saat itu juga Hindun membelah badan Hamzah dan langsung memakan jantungnya dan kepalanya dipenggal sambil dibawa keliling.

Ada juga riwayat, ketika perang ini akan berlangsung seorang sahabat Nabi (gue lupa namanya) yang baru saja menikah langsung dijemput untuk berperang Uhud. ADa riwayat mengatakan kalau sahabatnya masih sempat melakukan hubungan dengan istrinya tapi belum sempat  mandi junub ada riwayat lain yang menceritakan belum sempat melakukan hubungan. Dan dia mati syahid tapi jenazahnya dimandikan oleh malaikat.
Riwayat lain mengatakan di perang Uhud ini ada seseorang yang rela membela Nabi ketika jatuh kedalam sebuah lubang. Dari atas para kafir melemparkan anak panahnya ke Nabi, tapi dia langsung terjun dan melindungi Nabi hingga tubuhnya penuh dengan anak panah. Subhanallah…

Di depan Jabbal Umat terdapat lokasi yang dipagari dan ada 70 syuhada mati syahid ketika masa perang Uhud itu. Gue bersama seorang teman membahas dan membayangkan ketika perang itu berlangsung bagaimana keadaanya saat itu. That’s amaze me.

Setelah itu kita hanya melewati sebuah mesjid bernama Qiblatain. Mesjid ini memiliki dua qiblat. Ketika Rasulullah sholat zuhur saat itu qiblat masih kea rah..(gue lupa, kalau ada yang tahu ditulis ya). Dan langsung turun perintah dari Allah untuk mengubah qiblat kea rah Ka’bah. Sejak saat itulah qiblat sholat menghadap Ka’bah hingga sekarang.
Yang juga tak kalah menakjubkan kita mendatangi Jabal Magnet. Ini jalanan yang kanan kirinya penuh dengan bukit batu dan terdapat magnet besar. Kendaraan yang melewati jalan itu bisa jalan sendiri dengan magnet tanpa harus menginjak gas. Kita membuktikanya ketika berhenti di jalanan menurun. Tiba-tiba bis mundur sendiri. Uniknya jalanan ini buntu, ujungnya terdapat bukit batu yang sulit ditembus. Jadi ketika sudah di ujung kita harus muter balik tanpa menggunakan bensin. Semua bikin takjub atas kuasa Allah. Is it right?

Bersambung