Selasa, 22 Maret 2011

Catatan Kecil Ketika Menginjakkan Kaki di Bumi Para Nabi 1

Mekkah Dan Madinah adalah dua kota yang sangat ingin didatangi para umat Islam di seluruh dunia. Dua kota ini ada di dalam Al Quran dan menjadi saksi bisu perjalanan para Nabi dan Rasul hingga dua kota ini bisa menjadi Tanah Haram bagi umat Islam. DIbilang tanah haram karena haram didatangi bagi para non muslim, kita haram melakukan perbuatan maksiat dan melakukan hal-hal yang dilarang agama. Bagi yang percaya, Allah akan langsung membalasnya saat itu juga. Atau dosa dan perbuatan lampau juga akan kena akibatnya di dua tanah haram ini.
Madinah
Ketika kaki sudah menginjakan kaki di airport Jeddah, gue udah merasa takjub. Meski saat itu kita mendarat di aiport khusus haji (karena ada peraturan baru yakni bagi para jamaah umroh yang kuotanya lebih dari 50 persen akan diturunkan di bandara haji bukan internasional.)
Banyak umat muslim dari berbagai Negara memenuhi aiport tersebut. Dan kelompok kita dari travel Arrahman termasuk sedikit hanya 11 jamaah (sebenarnya 15, yang 4 lagi nyusul karena visanya belum keluar). Sedangkan travel lain bisa membawa 60 jamaah dan 1 ustads untuk mendamping. Kita hanya bersebelas tanpa didampingi ustads dar Jakarta, untungnya beberapa sudah berpengalaman haji dan umrah. Setelah 3 jam berada di aiport untuk bisa keluar, Alhamdulillah kita dijemput di pintu gerbang security aiport untuk dibawa ke hotel Holiday Inn Jeddah. Semalam di Jeddah dan sempat merasakan semalam di Ballad. Kamis malam dan bagi para penduduk Arab diibaratkan malam minggu jadi Ballad ramai.
Jumat 11 Maret , kita check out dari hotel dan siap-siap melakukan perjalanan ke Madinah. Dari siang sekitar jam 13.00 perjalanan Jeddah-Madinah menghabiskan waktu sekitar 4-5 jam. Selama perjalanan, kanan-kiri kita disuguhkan dengan pegunungan dan bukit berbatu. Tanah tandus, pohon mongering , pemandangan saat itu memunculkan rasa yang berbeda. Imajinasi berkelana dan membayangkan ketika masa Nabi, gunung dan bebatuan itu adalah saksi bisu.
Ketika akhirnya ustads menyebutkan kita sudah memasuki batas tanah Haram di kota Madinah. Dibandingkan dengan Mekkah, MAdinah 2x lebih subur dan kota yang diberkahi. Gedung dan perumahan dengan atap persegi panjang menyambut kita. Banyak toko dan perkantoran. Di Madinah disarankan lebih banyak menyebut salawat nabi sedangkan di Mekkah Subhanallah, Alhamdulillah, Laailaahaillah, Allahu AKbar.
Waktu sudah gelap, azan Maghrib berkumandang. Semakin deg-degan dan membuat jantung terasa copot ketika ustadz menunjuk menara Mesjid Nabawi di mana di dalamnya terdapat makam Nabi Muhammad berserta dua sahabatnya Abu Bakar ra dan Umar Bin Khatab ra.
Gue takjub, melihat kota Madinah yang dipenuhi dengan gedung tinggi menjulang. Semua terasa adem, nyaman dan bikin damai. Angin dingin berhembus menembus kulit dengan nikmatnya. Semua terasa nikmat dan khusu’. Setelah menaruh barang di hotel Al Haram, gue langsung mengambil wudhu, mengambil mukena dan berlari ke arah mesjid Nabawi untuk melakukan sholat Magrib berjamaah. Menyusuri jalan menuju Nabawi disambut dengan para pedagang yang menggelar dagangannya di pinggir jalan.
Karena Mesjid Nabawi udah penuh, gue sendiri (terpisah dari 3 orang teman sekamar) solat di luar gerbang dan Alhamdulillah masih bisa ikut berjamaah. Ternyata, di Nabawi (dan Masjidil Haram tentunya) usai solat fardhu selalu ada solat mayit. Usai  magrib, dengan membaca Bismillah gue masuk ke dalam gerbang mesjid dan semakin takjub dengan desain, interior, serta semua orang dari seluruh dunia berbagai suku, berbagai Negara, berbagai bentuk dengan bahasa yang berbeda memenuhi mesjid Nabawi. Ternyata dari gerbang untuk  masuk mesjid Nabawi jaraknya cukup jauh dan sudah berdiri para askar (penjaga mesjid) perempuan yang memakai abaya (baju panjang hitam khas Arab) dengan memakai cadar.
Di mesjid Nabawi khusus untuk perempuan terdapat tiga pintu masuk dan setiap pintu ada 2 askar yang berdiri. Mereka galak, tegas dan memeriksa semua tas kalau di dalamnya terdapat kamera dan handphone berkamera.kita disuruh pulang ke hotel dan  menyimpannya di sana. Alhamdulillah gue lolos walaupun di dalamnya ada handphone berkamera.
Masuk ke dalam mesjid Nabaw gue merinding membayangkan Rasulullah pernah mendatangi mesjid itu dan berkhutbah di hadapan umat Islam. Interiornya unik, khas Arab. Banyak tiang, di ujung tiang ukiran berlapis emas dengan tulisan arab Allah. Berlapis karpet merah, di setiap pinggir mesjid di sediakan mirip jirigen yang ternyata isinya air zam-zam. Disediakan gelas plastic, orang bebas meminum dan membawa botol untuk mengambil air zamzam yang rasanya dingin dan menyejukan.
Mesjid sudah penuh, gue semakin ke dalam berjalan dan mencari celah untuk sholat sambil menunggu Isya. Tiba-tiba ditengah kebingungan, ada se orang ibu yang memberikan tempat dan ibu itu pun pergi sambil memberikan senyum. Soul berada di mesjid Nabi Muhammad ini sangat-sangat bikin damai dan betah. Di setiap tiang disediakan al quran untuk dibaca. Semua terlihat khidmat untuk beribadah di hadapan Allah.
Bersambung