Jumat, 23 Oktober 2009

cerpen artis stripping

Cerpen
Artis Stripping

Oleh : Alia Syakur



Lolita menonton acara infotaimen dengan serius. Perasaan iri terlihat jelas di wajahnya yang cantik. Matanya kadang berkedip ketika ada seorang artis belia yang muncul dengan pacar barunya. Mulutnya kadang manyun ketika ada pemain sinetron yang dikejar-kejar infotaimen. Huh, kapan sih aku muncul di infotaimen. Kayaknya asik dikelilingi wartawan dan kamera di mana-mana. Lolita membatin sebal. Sudah lima kali Lolita bermain sinetron. Perannya nggak kecil, menjadi pendukung bahkan pernah peran utama. Lolita juga di kontrak eksklusif di sebuah production house besar. Tapi belum ada satupun infotaimen yang mewawancarainya.
Lolita iri banyak artis seusianya yang wara-wiri di infotaimen dengan menggandeng pacar baru. Mereka terlihat sok penting begitu kamera menyorot. Ada Rafa Ahmad yang selalu menggandeng artis muda, bahkan sekarang digosipkan sedang pacaran dengan penyanyi Yani Sihara, padahal dia janda. Punya satu anak lagi. Lalu ada Bunga Papilaya yang tiap muncul di infotaiment selalu dengan kisah gosipnya. Malahan, waktu putus sama pacar terakhirnya dia jelek-jelekin bekas pacarnya di infotaimen.
Kapan sih aku bisa masuk infotaimen? Padahal aku nggak jelek-jelek amat. Kalau dibandingkan Bunga Papilaya, masih cantikan aku. Dia hitam dan pendek. Kalau aku masih lebih tinggi dan nggak hitam-hitam banget. Ada yang bilang wajah aku mirip Nikita Willy atau Putri Titian. Lolita bercermin sambil memutar tubuhnya.
“Lol, ayo berangkat. Dari tadi Pak Iis sms mama untuk ingetin kamu ada syuting hari ini. Kamu take pertama kali lho,” mama sudah muncul dengan membawa tas besar. Lalu menaruhnya di mobil.
“Skenarionya udah dikirim belum ma. Aku belum baca lho,” Lolita duduk di samping mamanya.
“Belum. Kata Pak Iis di sana aja. Makanya kita nggak boleh telat,” mama serius di belakang setir.
“Halah ma. Kayak bukan pertama kali syuting aja. Kemarin-kemarin kalau hari pertama molor sampai lima jam,” Lolita memainkan BB (blackberry)nya.
“Iya Lol, tapi kita harus menunjukan ke Pak Leon kalau kamu serius main sinetron. Biar besok-besok Pak Leon kasih kamu peran lagi. Kata Pak Leon kamu di sini perannya banyak, seperti peran utama lho.”
Lolita tak menjawab. Dia sibuk membuka facebook dan mengomentari status semua temanya sambil senyam-senyum.


Lolita menyalami semua kru yang ada di lokasi. Para kru sedang sibuk menyusun kamera. Lalu Lolita sibuk membaca naskah yang baru diterimanya. Judul sinetron barunya, Cahaya Cinta. Aku di sini menjadi Pelangi, sahabatnya Cahaya. Yah, lumayan. Masih sering muncul sama peran utama. Jadi aku terus muncul di teve. Lolita tersenyum senang.
“Halo semua apa kabar…” Suara seorang cowok membuyarkan konsentrasinya. Lolita mendongak dan dia terbelalak melihat Rafa Ahmad muncul sambil menyapa semua orang.
“Mbak Lolita, kenalin ini Rafa Ahmad. Dia akan menjadi lawan main mbak di sinetron ini. Dia ini si Rendi, pacarnya Pelangi,” Pak Iis mengenalkan Rafa ke Lolita.
Lolita tersenyum sambil menyalami Rafa. Rafa mengeluarkan senyum mautnya, khas seorang playboy. Ternyata ganteng beneran euy, Lolita tersenyum dalam hati. “Kamu udah baca naskahnya? Kita take pertama lho,” Rafa duduk disamping Lolita sambil membuka naskah di tangannya.
“Iya nih. Aku lagi hapalin takut ada yang lupa.” Lolita membuka lembaran naskah sambil melirik Rafa.
“Jangan dihapal. Di mengerti aja, yang penting nyambung sama yang di maksud. Improve juga nggak apa kok,” Rafa cuma membuka lembaran demi lembaran naskah tanpa membaca dengan serius. Lolita mengerutkan kening melihat Rafa yang meremehkan naskah yang akan dilakoninya.
Huh, dasar senior! Udah biasa akting jadi ngeremehin gitu. Lolita melirik Rafa yang tenyata sedang tersenyum kepadanya. “Aku pernah lihat sinetron kamu. Kamu yang jadi Melati kan. Di sinetron religi Hidayah. Kelihatan beda sama sekarang karena kamu di sinetron itu berjilbab. Kamu masih SMP ya,” Rafa masih tersenyum.
Enak aja SMP. Lolita meradang. “Kelas 2 SMU. 16 tahun,” Lolita menjawab singkat. Lolita merasa tidak nyambung dengan Rafa yang sadar dirinya ganteng. Lama-kelamaan Lolita menjadi sebal dengan gayanya yang pecicilan.
“Hah? Udah SMU? Aku kira masih SMP, 14 tahun gitu. Cepet juga ya sekolahnya. Kamu imut sih,” Rafa senyum-senyum.
Lolita langsung muak dengan gaya tebar pesonanya Rafa. “Kalau aku rencananya mau kuliah tahun ini. Tapi karena banyak banget kerjaan, kayaknya ditunda dulu. Hari ini aku nggak bisa lama-lama. Kepinginnya langsung take karena ada undangan temen di Dragon Fly. Ikut aku yuk.” Rafa menatap mata Lolita dengan lekat. Lolita merasa tidak nyaman.
“Wah, nggak deh. Terima kasih, aku syuting aja dulu. Aku lihat scene aku banyak banget nih.”
“Kamu harus eksis kalau mau terus dipake main sinetron. Entar aku kenalin di sana sama teman-teman, banyak artis ngetop.” Rafa beranjak dari duduknya begitu ada yang memanggil. “ Bentar ya.”
Lolita menarik nafas panjang. Ternyata, Rafa yang ada di dalam bayangannya nggak sesuai dengan kenyataan. Cakep sih, ganteng. Tapi kok gayanya nyebelin ya. Lolita memandang Rafa yang sedang cipika cipiki dengan Nasila, pemeran utama Cahaya Hati. Nasila bisa dibilang ratu stripping yang selalu mencetak box office.


Sepulang sekolah, Lolita sudah ada di lokasi syuting. Digantinya baju seragam sekolah dengan kostum yang diberikan kru. Di sinetron ini Lolita menjadi gadis kampung yang selalu sedih. Cahaya Cinta sudah tayang sejak sebulan lalu. Lolita sudah menikmati perannya sebagai Pelangi.
Di ruang tunggu pemain, Lolita melihat beberapa artis dan kru sedang mengerubungi teve. Ternyata mereka sedang menonton infotaimen. Ada Rafa yang senyam senyum begitu muncul berita dirinya dengan Yani Sihara.
“Bener nggak sih Raf, lo sama dia,” tanya Nasila.
“Adaaa Deeehhh….” Rafa menjawab dengan tengil. Lolita meninggalkan mereka yang sibuk membahas gosip artis yang ada di teve. Heran, jeruk makan jeruk, Lolita membatin sambil mengganti bajunya.
Keluar dari ruang ganti, Rafa dan Nasila masih membahas infotaimen dan gosip. “Kalau gue sih, nggak perlu gosip. Yang penting job terus datang dan sinetron gue ratingnya tinggi. Otomatis gue bisa dapat bonus dari pak Leon,” kata Nasila.
“Nggak bisa gitu juga Nas. Kalau elo sering di gosipin, artinya elo sering masuk infotaimen. Job makin banyak datang. Lihat nih gue, tawaran film nggak pernah abis, belum lagi iklan minggu depan mau syuting di Bangkok. Terus ngemsi gue banyak banget. Kemarin aja ada produser yang nawarin gue bikin album rekaman. Pemasukan jadi tinggi,” Rafa mengatakannya dengan bangga. Lolita hampir muntah mendengarnya.
“Itu ada benarnya juga. Tapi dari pada aib gue di obok-obok, mending gue cari aman deh. Kalau nggak penting amat gue nggak mau muncul di depan infotaimen. Bikin trauma tau gak.”
Rafa menoleh ke Lolita yang sedang memperhatikan mereka. “Nih, anak baru. Mau muncul di infotaimen gak. Gampang, elo jalan saja sama gue pasti elo langsung di kejar-kejar infotaimen. Gue rela kok di gosipin sama elo,” Rafa tertawa yang disambut Nasila.
“Lol, harus kuat mental kalau udah di gosipin. Gue kasih tahu ya, elo bakal nggak nyaman tidur. Karena mereka sudah nungguin di depan rumah sampai nginep segala. Ini pengalaman gue waktu di gosipin nikah siri. Gila kali, dapat info dari mana coba. Untung kebenaran cepat terkuak,” Nasila menjelaskan dengan semangat.
“Makasih deh, aku serius syuting dulu. Aku mau selesain tanggung jawab sinetron ini. Nggak enak sama Pak Leon kalau ada gosip soal aku yang nggak-nggak.” Kata Lolita tersenyum. Padahal di dalam hatinya yang paling dalam, dia kepingin sekali muncul di teve. Kayaknya keren dikerubungin sama wartawan dan kamera.
“Pak Leon itu produser paling asik. Dia malah senang kalau artisnya muncul di infotaimen. Artinya, sinetron dia bakal laku dan ditonton banyak orang. Percaya deh sama gue. Kalau elo minat, bilang aja ke gue. Oke? Gue cao dulu ya,” Rafa langsung membawa tasnya yang diikuti asistennya yang banci dan kelihatan sok penting .


Lolita membenamkan tubuhnya di atas sofa yang empuk. Sudah lewat tengah malam, dan Lolita merasa sangat letih. Hari ini scene Lolita sangat banyak, dan dia harus terus-terusan menangis. Kepalanya jadi terasa berat , matanya sembab dan Lolita hanya ingin cepat tidur. Tapi dia masih menunggu beberapa scene lagi baru bisa pulang.
“Sabar ya Lol, kamu masih tinggal 2 scene lagi. Setelah itu kita pulang. Kamu istirahat deh,” mama membelai kepala Lolita dengan lembut.
Lolita mencoba memejamkan matanya. Belum juga sepuluh menit, Lolita sudah dikagetkan dengan kesibukan para kru dan pemain di ruang ganti itu. Lolita terperangah begitu melihat banyak lampu yang menyorot ke dalam ruangan itu. Lho, ada apa nih. Kayaknya nggak ada scene di sini.
Lolita bingung ketika banyak wartawan infotaimen masuk ke dalam ruangan itu. Juga ada sutradara, asisten sutradara, para kru dan pemain berkumpul. Asisten Rafa yang banci juga tengah sibuk meredam suara orang-orang di ruangan itu. Lolita melihat Nasila memegang kue tart yang besar dan terlihat lilin angka 20 di atas kue itu.
Semuanya berdiri dalam diam di depan kamar di mana Rafa sedang istirahat. Asisten Rafa masuk ke dalam ruangan itu, dan tak lama kemudian dia keluar bersama Rafa yang sedang mengucek-ucek matanya.
“Surprise!!! Happy Birthday!!!” Seluruh orang yang ada di ruangan itu berteriak. Para infotaimen berebutan ke depan untuk menyorot wajah Rafa yang kebingungan dan kaget. Lalu semua orang yang ada di ruangan bertepuk tangan. Lolita ikut-ikutan bertepuk tangan sambil berdiri.
Lalu Rafa meniup lilin di atas kue itu sambil tersenyum. Rafa memotong kue pertamanya dan melihat ke sekeliling ruangan. Lalu Rafa berjalan ke arah Lolita dan memberikan kue itu. Infotaimen langsung menyorot Rafa dan Lolita. Lalu tanpa basa-basi Rafa cipika cipika ke Lolita yang terhenyak kaget.
“Cium! Cium! Cium!” Seluruh orang di ruangan itu menyoraki Lolita. Lolita bingung melihat banyaknya lampu menyorot ke arahnya. Lalu dengan pasrah mencium pipi Rafa dengan singkat. Tepuk tangan bergema di ruangan sambil beberapa kru tertawa maklum.
Setelah itu semua infotaimen menyodorkan mike ke hadapan Lolita dan Rafa. “Pacar baru ya Raf. Kapan jadiannya? Ayo kenalin dong ke kita-kita..” serentetan pertanyaan diajukan wartawan infotaimen ke arah Rafa dan Lolita. Lolita malah menjadi gagap dan tak bisa berkata apa. Senyumnya terlihat dipaksakan.
“Iya, ini pacar baru gue. Namanya Lolita. Bisa dibilang kita cinlok karena kita pacaran di sinetron ini,” Rafa dengan lancar menjawab semua pertanyaan wartawan. Sedangkan Lolita terbelalak kaget mendengar pernyataan Rafa. Gila apa ini anak. Waduh..aku nggak siap seperti ini.Lolita bingung ketika mike ditujukan ke arahnya.
“Sudah berapa lama pacaran sama Rafa? Rafa kan playboy, kok mau sih pacaran sama dia,” pertanyaan yang di luar dugaan makin membingungkan Lolita. Rafa yang melihat itu langsung mengambil alih.
“Kita dekat masih baru, pas mulai sinetron ini aja. Kata siapa gue playboy? Jangan bikin dia takut dong..” Tiba-tiba Lolita merasa tangan Rafa melingkar di bahunya. Apa sih maksudnya?
“Lalu bagaimana hubungan kamu sama penyanyi Yana?”
Lolita melirik Rafa yang tersenyum. “Dia selama ini saya anggap kakak. Karena saya nggak punya saudara perempuan, Yana orangnya lembut. Dan saya merasa nyaman sama dia.”
Mike kembali ke arah Lolita. “Ngomong Lol, kita kan mau dengar kamu ngomong.” Seorang wartawan infotaimen bertanya kepadanya.
“Hhmm… iya. Rafa anaknya baik, kita kalau ngomong nyambung. Dia anaknya asik kok.”
“Trus, hubungan ini serius? Kedua orang tua udah saling kenal nggak. Apa ada niat menikah muda?”
Apa sih maksud pertanyaanya. Basi banget. Lolita sudah hapal dengan jawaban artis yang sering ditontonnya ketika diberikan pertanyaan seperti ini. Apa semua artis ditanya sama ya.
“Ya ampun mbak. Kita masih muda, aku aja masih 16 tahun. Belum ada ke arah sana,” Lolita sudah tersenyum semanis mungkin. Dia mengingat-ingat ketika latihan senyum di depan cermin jika ada infotaimen yang mewawancarainya. Ternyata begini rasanya masuk infotaimen . Ada kepuasan tersendiri yang dirasakan Lolita.
“Terima kasih ya, mas-mas dan mbak-mbak. Maaf ya, sudah malam. Lolita dan Rafa harus take lagi. Terima kasih sudah mau datang,” tiba-tiba suara Pak Iis menyelesaikan wawancara. Para kameramen mematikan lampu, mike ditarik. Lolita menghela nafas panjang. Dia merasa sudah melewati tanjakan yang curam dan berhasil sampai di puncak.
“Lol, minta nomor handphonenya.” Beberapa wartawan siap mencatat nomor ponselnya. Sedangkan Rafa senyam-senyum memperhatikannya. Setelah semua infotaimen keluar ruangan, Lolita menghampiri Rafa.
“Maksudnya apa Raf, ngomong di depan infotaimen kalau kita pacaran. Kamu nggak konfirmasi ke aku.”
Rafa mencolek pipi Lolita dengan lembut. “Sori. Abis tadi aku bingung mau ngomong apa. Tadi masih kaget bangun tidur udah di kasih surprise.”
“Tapi ini bakal panjang masalahnya Raf. Dan ditonton semua orang. “
“Santai saja. Aku yang tanggung jawab.” Rafa masuk kembali ke ruangannya. Tinggal Lolita yang cemberut.


Dering handphone membuyarkan lamunan Lolita. Lolita masih shock dengan pemberitaan di infotaimen yang berbeda dengan yang diwawancarai tadi malam. Apa aku salah ngomong? Masa aku dibilang udah tunangan sama Rafa.
“Halo..”
“Ini Lolita?” Sebuah suara lembut dari seorang wanita menyapanya.
“Iya, ini siapa ya.”
“Saya Yana Sihara. Pacarnya Rafa. Apa benar kamu tunangannya Rafa?” Suara Yana yang lembut justru bikin dada Lolita deg-degan. Ya ampun, ada apa lagi ini. Kenapa Yana telpon aku.
“Aduh mbak, maaf. Itu salah pemberitaanya. Mbak Yana udah ngomong ke Rafa belum. Tadi malam itu cuma spontan aja, nggak ada yang pacaran apalagi tunangan. Aku aja kenal Rafa pas di sinetron ini.”
Lolita mendengar Yana tertawa lembut. “Aku tahu. Aku kenal siapa Rafa. Kita ketemuan yuk. Aku mau ngobrol sama kamu. Di Citos siang ini bisa?”
Lolita mengingat-ingat jadwal syutingnya hari ini. “Aku ada syuting jam 5 sore. Ketemu jam 1 bisa mbak?”
“Oke. Ketemu di sana ya. Bye.”


Lolita takjub melihat kecantikan Yana. Meski sudah memiliki anak, tubuh Yana masih langsing dan bagus. Wajahnya juga mulus dan kulitnya bening. Pakaiannya selalu sesuai dengan tubuhnya yang mungil. Sepertinya Yana tahu dimana kelebihannya sehingga selalu pas memilih baju. Lolita jadi minder mengingat dirinya jarang sekali ke salon.
“Kamu cantik.” Yana tersenyum.
“Mbak Yana yang cantik. Awet muda banget sih mbak.” Wajah Yana langsung berseri.
“Bagaimana rasanya syuting sama Rafa. Rame kan orangnya,” tanya Yana sambil meminum orange juice. Lolita tersenyum mencoba mencari makna dari pertanyaan itu. Apakah cemburu?
“Iya. Kalau nggak ada dia di lokasi kayaknya sepi. Anaknya juga asik kok. Maaf ya mbak, dengan pemberitaan kemarin. Aku jadi nggak enak nih,” wajah Lolita terlihat menyesal. Tapi Yana malah menyentuh tangannya dengan lembut.
“Aku tahu. Aku udah biasa menghadapi infotaimen. Rafa juga sudah cerita semuanya. Santai saja Lol, aku hanya ingin kenal kamu lebih dalam.” Wajah Yana yang tadinya tersenyum langsung terdiam. Lolita mengikuti arah pandangan Yana. Ya ampun, di luar kafe beberapa infotaimen sedang menyorotkan kamera ke arah mereka berdua. Bahkan mereka masuk ke dalam kafe dan mulai mengarahkan kameranya ke mereka berdua.
“Lho, mereka tahu dari mana kita ada di sini?” Wajah Lolita bingung dan panik.
Yana langsung menggandeng tangan Lolita ke luar kafe. Yana terlihat santai dan sudah biasa menghadapi infotaimen.
“Mbak Yana, wawancara dulu ya. Ada apa nih ketemu Lolita disini..Lol, kamu dilabrak Yana ya..”
Hah? Dilabrak? Gila kali, waduh kok jadi rumit begini sih. Lolita pasrah saja ketika Yana terus menarik tangannya keparkiran. Lalu Yana masuk ke dalam Halpard hitam miliknya.
“Masuk Ta, aku anter kamu ke lokasi.” Yana bicara dengan tegas sehingga Lolita tak bisa menolak. Mobil Yana langsung melaju kencang begitu infotaimen menyorotkan kamera ke arah mobilnya. Wajah Lolita terlihat pucat dan bingung. Lolita sempat melihat wajah Yana yang memerah. Marahkah dia denganku?
“Kamu besok jangan kaget kalau ada pemberitaan macam-macam diinfotaimen. Aku sudah bisa menebak berita apa yang akan keluar besok. Aku letih Lol menghadapi mereka. Kalau sedang kesal, di depan mereka kita harus banyak senyum. Kalau kita terlihat marah sedikit, beritanya akan keluar berbeda dibantu dengan narasi,” Yana menghela nafas panjang sambil menyenderkan tubuhnya.
Sopir Yana membelokkan arah mobil ke dalam studio. “Lol, aku nggak bisa anter kamu. Aku yakin pasti ada infotaimen yang sedang menunggu. Kamu masuk ngumpet-ngumpet aja ya.” Yana menyentuh wajah Lolita lembut. “Sabar Lol, ini akan menjadi makanan sehari-hari setelah kamu jadi artis.”
Lolita menganggukan kepalanya. “Aku minta maaf mbak kalau ada yang salah. Makasih banyak ya mbak.”
Lolita langsung berlari masuk ke ruangan begitu melihat sebuah mobil infotaimen ada diparkiran. Lolita duduk disebuah ruangan mengatur nafasnya yang terengah-engah. Tak ada didalam bayangannya akan seperti ini diberitakan menjadi orang ketiga dalam sebuah hubungan. Padahal dia hanya sekedar iseng dan ingin tahu rasanya masuk infotaimen. Lolita menyapu keringatnya, debaran di dadanya masih bergemuruh. Sampai kapan gosip ini hilang? Apakah aku akan terus dicap sebagai perusak hubungan orang? Oh tidakk…

SELESAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar